Nâko: Yohanes Manhitu
Neno i namán masi ka nmapút fa
manas ném me onlê ka naheun fa,
ka nhoi fa neik nekan-nok-nanan
nbi ton amnanut, ton apetas i.
Ton es-es nok kun in human
ma ton i ini msâ ka namnés fa.
Kalu ka nok fai, lof nok nenô,
hit tít ulan ma tatnín manikin.
Naijane napét, ka nmeot nít fa;
haunoö matel, ka nmolok nít fa.
Ka nmuî fa sonâ he tmoê lele,
penâ-ane lof ka naheun fa bale.
Ulan ka nasón fa, hit ka tpoi fa;
tah ma tiun, hit ka tasnás fa.
Tafnekan he bukae kaisâ luman
he hit ok-okê tasoup funan.
Ton es-es nok kun ini mneikin,
atonîhonis ka nmuî fa pilit
me nmuî lolen he naim lalan
he namlilê piuta nbi in monit.
Tsonlai teu fnekan kaämsabat
ma thuk tahelan taën abalbalat,
tamepan ansaok ma taäikab lolek
nbi oras susar hit lof tasoinok.
----------------------------------
Hujan dan harapan nan tak pudar
Karya: Yohanes Manhitu
Hari ini matahari bersinar tapi tak panas
ia timbul namun tak tampak sempurna,
tak menjemur dengan sepenuh hati
di tahun panas, tahun yang basah ini.
Tiap-tiap tahun dengan rupanya sendiri
dan rupa tahun ini pun berbeda.
Kalau bukan pada malam, ‘
kita saksikan hujan dan rasakan dingin.
Tanah basah, tak kunjung kering;
dedaunan hijau, tak jadi menguning.
Tak sempat kita membuat ladang,
jagung dan padi tak ‘
Hujan tak usai, kita tak tinggalkan rumah;
makan dan minum, kita tak berhenti.
Kita berharap, tak kehabisan bekal
agar kita sekalian melewatkan bulan.
Tiap-tiap tahun dengan sifatnya sendiri,
manusia mungkin tak punya pilihan
namun berakal ‘tuk mencari jalan
agar selalu bahagia dalam hidupnya.
Bersandarkan harapan nan tak pudar
dan berpegang teguh pada janji abadi,
menguatkan hati dan menajamkan akal,
di saat kesusahan kita ‘
No comments:
Post a Comment